Langsung ke konten utama

Empati Untuk Para Kiper


Barangkali, Alex McCharty tidak pernah membayangkan jikalau gawangnya bakal dibobol sembilan kali oleh punggawa Manchester United. Pada musim lalu, ia memandangi gawang timnya dibobol dengan jumlah yang sama dari bangku cadangan. Meski tidak turun, ada kesedihan tersendiri yang ia rasakan.

Alisson barangkali sedang memandang kosong ke luar jendela kamarnya saat ini. Blundernya berbuah petaka dan gawangnya menjadi bulan-bulanan pemain Manchester City. Gundah yang sama pernah dirasakan oleh Emiliano Martinez. 10 tahun abdikan diri, ia tak kunjung dapat kepercayaan jadi kiper utama.

Sebuah gol yang masuk ke gawang dan bebasnya gawang dari gol dapat menjadi perbedaan yang kentara kepada kondisi seorang kiper. Sebagai seorang yang sudah menjadi kiper semenjak usia 11 tahun, saya tahu rasanya dibobol dengan jumlah besar, hingga blunder fatal.

Barangkali skalanya terlalu kecil, namun rasa frustasi McCharty, Alisson Backer, hingga Emiliano Martinez dapat saya simulasikan. Pernah sebuah sore yang cerah, tim saya terbantai 2 - 9. Lima gol di antaranya terjadi kala saya yang bertugas mengawal gawang. Ya, saya diganti di tengah pertandingan. Di bench, rasanya ingin segera pulang saja.

Pernah pula di sebuah sore dengan skala pertandingan biasa, bukan resmi, atau bahkan tidak tercatat di mana-mana. Namun, takkan lekang dari kepala saya. Bola melayang ke sisi kanan gawang, saya melompat untuk menepis bola. Namun entah kenapa, tepisan saya malah berbelok ke gawang. Sampai besoknya, saya masih memikirkan kengerian kebobolan karena kesalahan sendiri.

Pernah pula di sebuah laga, saya meminta untuk dicadangkan saja. Namun, saya turut merasakan perih yang dirasa kiper yang menggantikan saya, dia kemasukan 3 gol. Di pertandingan selanjutnya, giliran saya yang merasakan perih yang sama. Bahkan barangkali lebih perih.

Barangkali, orang menganggap kebobolan satu gol lebih baik dari tiga gol. Tapi bagi para kiper, kebobolan satu gol tidak pernah lebih baik dari kebobolan tiga gol. Bayangkan saja, karena satu gol, kami bisa saja kalah karena gagal mencetak gol. Karena satu gol, kami bisa gagal menang ketika kami sudah unggul satu kosong. 

Kiper memang jarang menyentuh bola di gawang, namun kiper tak pernah melepas pandangannya dari bola walau jauh. Bagi para kiper, hidupnya dapat ditentukan dari seuntuhan seujung jari. Andai jari lebih kuat, andai bolanya ditinju saja, barangkali bola tidak bakal bergulir ke gawang. Andai boleh memasang tiga kiper ke lapangan sekaligus, maka tidak perlu lagi kami bersedih karena tak kunjugn turun lapangan.

Sulit membayangkan kiper bakal dielu-elukan seperti para striker. Bahkan ketika saat adu penalti, para kiper seakan berada dalam pengadilan lapangan hijau. Antara jadi pesakitan karena gagal menyentuh bola, atau menjadi Van Der Sar yang berlari ke tepi lapangan setelah menepis tendangan Nicolas Anelka. 

Pada akhirnya, sepakbola bukanlah kehidupan satu-satunya. Para kiper boleh menanggung beban satu lapangan di dalam kepala dan ingatannya hingga ia mengangkat piala, namun tak ada kiper yang punya mental lemah. 

Tak ada pemain selain kiper yang lebih bersimpati ketika melihat kiper lain tampil buruk seperti ketika Asmir Begovic menolak berselebrasi ketika menjebol gawang Artur Boruc.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Anime Sport

"Jika aku terus berlari, kapan aku bisa menang ?" (Sena Kobayakawa) "Meski itu tak mungkin, aku akan terus berusaha" (Kuroko Tetsuya) "Aku memang pendek, tapi setidaknya aku bisa melompat" (Hinata Shoyo)

Membidik sarjana tanpa bidikmisi jadi beasiswa

Bidikmisi, adalah program beasiswa yang awalnya merupakan program seratus hari kerja menteri pendidikan Indonesia pada 2010 yang kemudian dilanjutkan berlangsung hingga saat ini. Bidikmisi sendiri menjadi salah satu beasiswa yang sangat diminati. Selain karena nominal yang dijanjikan, juga prestise yang didapatkan oleh mahasiswa Bidik Misi begitu terasa. Namun, di luar sana, di samping tingginya peminat terhadap beasiswa yang ditujukan bagi kalangan menengah ke bawah yang berprestasi ini, ada orang yang menolaknya. Dengan alasan, "Berikan kepada mereka yang berhak".

Ebbie Vebri Adrian, Si Gila yang digiliai

“Biarkan keyakinanmu 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah” – 5 cm