Langsung ke konten utama

Ebbie Vebri Adrian, Si Gila yang digiliai


“Biarkan keyakinanmu 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah” – 5 cm


Gila, mungkin itulah kata yang pas untuk menggambarkan kenekatan seorang Ebbie Vebri Adrian. Bagaimana tidak, dengan kemampuan minus dalam fotografi dan dengan dana hasil menjual seluruh asetnya, ia memnutuskan untuk mewujudkan mimpi yang mungkin saja juga menjadi impian begtiu banyak orang di Indonesia, mengelilingi Indonesia. Iya, dia mengelilingi Indonesia dalam 12 tahun terakhir terbilang dari tahun 2004 di mulai meninggalkan rumahnya di Yogyakarta.
Masool, Raja Ampat.
Apa yang membuat ia termotivasi untuk melakukan hal gila tersebut ?? ia berangkat dari sebuah pertanyaan yang muncul di benaknya saat ia membaca beberapa buku tentang Indonesia. Kenapa hampir semua buku tentang Indonesia lebih banyak ditulis oleh orang laur negeri ?? Kemudian, dia samapi pada sebuah kesimpulan bahwa buku-buku yang beredar di pasaran tentang Indonesia semuanya cacat. Kenapa ?? karena buku-buku yang banyak beredar di pasaran hanya menggambarkan beberapa provinsi saja. Indonesia tidak sesempit itu, pikir Ebbie, sapaannya.

Ia adalah seorang lulusan ilmu komputer dan ilmu pemerintahan dan juga memiliki usaha wiraswasta di pagar Alam, Sumatera Selatan. Akan tetapi, ia tak dapat menguburkan mimpi sejuta orang untuk mengelilingi Indonesia, merasakan Indonesia centi demi centi. Sempat terlintas di benaknya, apa yang akan saya buat ?? Apakah hanya jalan-jalan saja ?? Saat ia membaca buku lonely planet dia terpikir untuk membuat sebuah buku tentang kondisi Indonesia. Dia menjual semua aset usahanya yang sudah lumayan menghasilkan, dia ditentang keluarganya, terutama oleh ayahnya yang tidak setuju dengan impian gila-nya tersebut. Ebbie tak patah arang, dia ingin memotret setiap sisi di Indonesia. Dia memutuskan untuk membuat buku yang memuat foto-foto Indonesia, karena lonely planet yang ia jadikan sebagai "kitab suci" selama perjalanan hanya berisikan sangat sedikit foto, hanya banyak tulisan. informasinya tidak update, rutenya sudah banyak yang berubah, 
Ebbie di Goa Jomblang


Belajar fotografi bukanlah hal yantg mudah bagi Ebbie. ia tidak ingin belajar melalui kursus. "Terlalu mudah. Saya ingin yang susah" jawab Ebbie saat diwawancarai oleh tim Mata Kata melalui akun facebook-nya. Dia memutuskan untuk belajar melalui manual book, awalnya hasil jepretannya begitu payah. Akan tetapi, dengan ketekunan dan kegigihan yang luar biasa, ia terus belajar secara otodidak hingga setelah 6 bulan, ia berhasil menghasikan foto yang mengenakkan mata. 

Perjalanan dimulai, bukan sesuatu yang mudah mengelilingi Indonesia hanya dengan modal nekat dan tanpa pengetahuan apapun tentang daerah yang akan ia kunjungi. Ia sepanjang perjalanan hanya sendiri, sendiri, terkadang ia ditemani beberapa orang yang memiliki destinasi sama, atau melalui kenalan di facebook  atau hanya sekadar kenalan di jalan. "Siapapun saya temani, soalnya saya buta arah" Jawabnya sembari tersenyum. Sepanjang perjalanannya mewujudkan impian tersebut, Ebbie melakukan perjalanan secara random, ia mengikuti arah angin dan iklim yang sedang terjadi di sebuah daerah. Ia meminimalisir daerah yang sedang mengalami musim hujan parah.

Pusat Laut Donggala
Perjalanannya memotret centi demi centi indonesia bukannya tanpa rintangan. Ia seringkali harus bersitegang dengan masyarakat, utamanya masalah honor dan pembayaran dalam sebuah destinasi. Ia juga empat kali mengalami perampokan, untungnya semuanya gagal. Bahkan hampir mati pernah ia rasakan. Kram setengah badan saat berenang di pink beach, pulau wakatobi. "Saya dua kali berkunjung ke Wakatobi, dan semuanya saya hampir mati" ungkapnya tentang Wakatobi yang diakuinya sebagai tempat yang membuatnya untuk berpikir dua sampai belasan kali untuk mengunjunginya lagi. bagaimana tidak, perjalanan pertama di Wakatobi, kapal yang ia tumpangi mengalami pecah mesin di tengah laut, tanpa makanan selama 3 hari, akhirnya SAR berhasil menemukan mereka. Selanjutnya saat ia sehabis mengambil gambar sunset di sebuah bukit di Wakatobi, dia mengalami sebuah kecelakan, dia harus bed rest karenanya.

Setelah 4 tahun perjalanan, dia kehabisan dana, beruntung ibunya dan segenap saudaranya mulai mendukung dan memberinya bantuan. beruntung, karena beberapa hasil jepretan Ebbie juga mulai dilirik beberapa perusahaan sebagai media promosi. Selama setahun, tidak dia isi sepenuhnya dengan memotret Indonesia.

"hanya 10-11 bulan saya keliling Indonesia. Sisanya, saya kembali ke rumah, melepaskan semua stress dan lelah saya. Mengumpulkan semangat saya kembali."

Alor, NTT
Buku Indonesia, The World Treasure
Bukan hanya soal dana dan tantangan yang menjadi batu kerikil sepanjang perjalanan Ebbie, dia juga pernah harus menerima kenyataan bahwa data dari 10 Provinsi, yang ia simpan di harddisk, harus hilang dan tak ia sempat back-up. Tapi itu tak membuatnya patah arang, ia kembali mengulang pekerjaannya, dan setelah 9 tahun ia berjibaku dengan rumah yang tempat tidur yang berpindah-pindah, beragamorang yang ia temui, dana yang kadang kurang mencukupi, izin ke puncak Cartenz yang tak kunjung ia dapatkan, akhirnya ia berhasil mewujudkan buku yang ia idam-idamkan, "Indonesia, world of the treasure" Ia jual secara terbatas melalui akun facebooknya, dan segera ludes pada November 2015 lalu. Sudah memasuki cetakan kedua, Mei lalu.

Buku ini memiliki tebal lebih dari 500 halaman, berat lebih dari 3 KG, memuat lebih dari 1800 foto yang bersumber dari 1300-an lebih destinasi yang pernah Ebbie singgahi selama perjalanannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Anime Sport

"Jika aku terus berlari, kapan aku bisa menang ?" (Sena Kobayakawa) "Meski itu tak mungkin, aku akan terus berusaha" (Kuroko Tetsuya) "Aku memang pendek, tapi setidaknya aku bisa melompat" (Hinata Shoyo)

Membidik sarjana tanpa bidikmisi jadi beasiswa

Bidikmisi, adalah program beasiswa yang awalnya merupakan program seratus hari kerja menteri pendidikan Indonesia pada 2010 yang kemudian dilanjutkan berlangsung hingga saat ini. Bidikmisi sendiri menjadi salah satu beasiswa yang sangat diminati. Selain karena nominal yang dijanjikan, juga prestise yang didapatkan oleh mahasiswa Bidik Misi begitu terasa. Namun, di luar sana, di samping tingginya peminat terhadap beasiswa yang ditujukan bagi kalangan menengah ke bawah yang berprestasi ini, ada orang yang menolaknya. Dengan alasan, "Berikan kepada mereka yang berhak".