Langsung ke konten utama

Mendoakan kemenangan, merayakan kejutan

Sumber: Instagram.com/Holsteinkiel


Entah apa yang dimimpikan oleh Ole Werner beberapa malam kemarin. Beberapa waktu sebelumnya ia sempat mengerutkan dahi pasca melihat lawan timnya di DFB Pokal, Bayern Muenchen. Bukannya pesimis atau tidak berniat menang, namun di hadapan raksasa yang sedang menggelora seperti Die Roten, timnya tidak ubahnya kurcaci di hadapan sang jawara Eropa.

Namun, seperti layaknya cerita Cinderella yang sukar dipercaya, begitu pula cerita Holstein Kiel. Setelah tendangan terakhir Fin Bartels melewati Manuel Neuer, sontak para punggawa tim yang berlaga di divisi dua liga Jerman tersebut berlari gembira merayakan kemenangannya.

Tak ubahnya kompetisi yang lain, sepakbola selalu tentang hasil. Apapun proses yang dilalui, semuanya berujung pada memenangkan kompetisi. Maka tak heran, sepakbola sebagai salah satu industri hiburan menjanjikan, berujung pada oligarki modal. Maka mungkin kita bisa melihat tim-tim seperti Manchester City atau Paris Saint Germain yang bersandar pada kekayaan sang pemilik.

Klub besar tidak hanya melulu soal fulus dan pemain instan. Dengan uang melimpah, mereka dapat kembangkan fasilitas latihan dan perbesar akademi untuk tarik minat bibit bakat.

Pada akhirnya, seperti kata pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, “Klub kecil harus bertarung dengan hati dan hasrat”. Semangat berburu raksasa jadi pelecut bara dalam mata para penantang.

Dalam tulisannya, Michael Cox mengatakan bahwa kompetisi dengan format babak gugur seperti liga Champions atau piala liga setidaknya lebih bisa memberi kejutan ketimbang liga yang dapat diprediksi.

Hal tersebut nampaknya juga diamini oleh Atletico Madrid. Status sebagai tim besar malah menjadikan mereka tidak ubahnya hewan buruan para pembunuh raksasa. Alhasil, seperti cerita Goliath, Los Rojiblancos akhirnya tumbang di hadapan musuh kecil yang berkutat di level ketiga dalam piramida LaLiga, UE Cornella pekan lalu.

Kesempatan tim-tim kecil untuk menaklukkan para raksasa yang berjaya di divisi teratas bukan bualan. Meski sulit bertanding di kompetisi piala liga seperti berjalan di atas benang tipis, bakal selalu ada peluang untuk tim-tim yang kurang beruntung tersebut.

Wigan Athletic yang terseok-seok di liga Inggris 2012-2013 barangkali menjadi bukti sahih bahwa kompetisi piala liga adalah ladang berburu raksasa. Datang ke Wembley tanpa ekspektasi, Calum McManaman tampil kesetanan menghadapi kedigdayaan Manchester City di final piala FA.

Menjelang tutup laga, Ben Watson menghadirkan keriuhan untuk penduduk The Latics –julukan Wigan Athletic-, lalu semangat juang yang membawa di bawah hujan, memastikan Wigan Athletic mengangkat piala meski merana di zona degradasi.

Holstein Kiel bisa saja segera rontok di babak selanjutnya, atau setelahnya lagi. Namun, kemenangan atas Bayern Muenchen yang menurunkan hampir semua timnya, tidak ubahnya sebuah trofi untuk ti yang bermarkas di Holstein-Stadion tersebut.

Barangkali, Fin Bartels tidak akan kemana-mana, namun ia bisa berbangga diri pernah menjebol gawang kiper terbaik dunia 2020, dua kali pula. Ia bisa menceritakan bahwa ia lebih hebat dari pemain terbaik dunia di malam ini. Bahkan, ia bisa berbangga dengan berujar timnya mengalahkan tim terbaik.

Lalu, kemenangan tersebut tidak hanya menyenangkan untuk Ole Werner dan anak asuhnya, sebagai penonton netral, momen giant killing selalu menjadi kabar gembira untuk kita semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Anime Sport

"Jika aku terus berlari, kapan aku bisa menang ?" (Sena Kobayakawa) "Meski itu tak mungkin, aku akan terus berusaha" (Kuroko Tetsuya) "Aku memang pendek, tapi setidaknya aku bisa melompat" (Hinata Shoyo)

Membidik sarjana tanpa bidikmisi jadi beasiswa

Bidikmisi, adalah program beasiswa yang awalnya merupakan program seratus hari kerja menteri pendidikan Indonesia pada 2010 yang kemudian dilanjutkan berlangsung hingga saat ini. Bidikmisi sendiri menjadi salah satu beasiswa yang sangat diminati. Selain karena nominal yang dijanjikan, juga prestise yang didapatkan oleh mahasiswa Bidik Misi begitu terasa. Namun, di luar sana, di samping tingginya peminat terhadap beasiswa yang ditujukan bagi kalangan menengah ke bawah yang berprestasi ini, ada orang yang menolaknya. Dengan alasan, "Berikan kepada mereka yang berhak".

Ebbie Vebri Adrian, Si Gila yang digiliai

“Biarkan keyakinanmu 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah” – 5 cm