Meski saya bukan seorang dari jurusan
teknik ataupun komputer, mengulik seputar gawai dan teknologi merupakan
kesenangan tersendiri. Meski belum sampai ke tingkat lanjut, rasanya cukup
senang jika sudah bisa mengoperasikan beberapa alat elektronik lengkap dengan
perangkat lunak di dalamnya. Terkadang, ketika sedang asyik mengoperasikan
gawai, terjadi masalah dalam sistemnya, baik secara hardware, maupun software. Ketika masuk dalam kondisi tersebut,
saya biasanya menggunakan sebuah fitur bernama restart. Mematikan perangkat, lalu segera menyalakannya.
Memang bukan solusi sempurna, bahkan
terkadang menjadi sebuah bumerang kalau kita terlalu bergantung kepadanya.
Namun, jika kita menggunakannya secara bijak disertai pengetahuan, fitur restart bisa menjadi fitur yang sangat
luar biasa.
Sebagai orang yang akrab dengan proses
pendaftaran kuliah, saya seringkali mendapat keluhan seputar peserta SNMPTN,
SBMPTN, hingga jalur mandiri yang tidak kunjung diterima di jurusan yang ia
minati. Saya lalu menawarkan sebuah solusi, gap
year. Alih-alih mencobanya, mereka akhirnya malah mengorbankan apa yang ia
inginkan dengan harapan bisa kuliah. Padahal, kuliah bisa begitu berbeda ketika
tempatnya berbeda.
Demikian halnya dengan tombol restart itu. Ia selalu ada di tiap
perangkat, namun tidak selalu menjadi pilihan kebanyakan orang ketika berada di
kebuntuan. Padahal, gap year tidak
selalu menjadi hal yang buruk ketika kita bisa melihatnya dari sudut pandang
yang berbeda.
Mulai belajar kembali, melihat kembali ke
mana kita akan melangkah, apakah sudah betul pilihan kita, dan masih banyak hal
yang bisa kita perbaiki dengan menunda untuk berkuliah selama setahun.
Menundanya tidak berarti kita tidak akan melakukannya kan? Memang berat, tapi
itu ketika kita tidak melakukan apapun. Kita bisa memilih untuk beragam
kegiatan. Bangun lebih siang, tidur lebih larut, bekerja, membantu orang tua,
atau jalan-jalan seperlunya.
Di tengah pandemik yang entah sudah berapa
lama ini, gap year kita dihiasi dengan banyaknya webinar dan pelatihan yang
bisa secara gratis kita akses. Bukan hanya itu, kita pun bisa mendapatkan
diskon-diskon menarik dari lembaga belajar yang dapat kita gunakan untuk
membantu proses eskalasi persiapan kita menuju SBMPTN tahun depan.
Barangkali kamu merasa hanya orang putus
asa yang memutuskan untuk menunda untuk berkuliah. Padahal, bisa saja pilihan
kita untuk kuliah sekarang hanyalah karena kita sudah putus asa karena tidak
kunjung diterima di kampus yang kita inginkan.
Meski begitu, layaknya tombol restart yang bisa saja menjadi asal mula
kerusakan perangkat, jika kita tidak menggunakan kesempatan gap year dengan baik, maka kita tidak
ubahnya orang yang benar-benar telah tenggelam dengan keputus asaan.
Jadi, semua pilihannya kembali lagi
kepadamu. Gap Year, atau tidak?
Komentar
Posting Komentar