Langsung ke konten utama

Khrisna Pabichara, Literasi Sampai Mati



Rindu tumbuh di matamu, sebelum angin senja menegaskan kenangan
dan bunting sepi menetaskan harapan. Kita terpuruk, di sini, di negeri 
yang kita bayangkan sebagai awan—kecemasan mengambang ringan.

Rencana rimbun di benakku dalam kegelisahan syair lagu, barangkali,
membusuk, di sini, di negeri yang kamu angankan sebagai awan—kita
makin sibuk menyuling senyap. Aih, matamu kunang-kunang, senantiasa.

Demikian potongan puisi berumah di negeri angan karya Khrisna Pabichara. Lahir di Borongtammate, sebuah kampung di jeneponto, Sulawesi Selatan 10 November 1975. Dilahirkan dalam keluarga pecinta literasi,Daeng Khrisna, akrab ia disapa tumbuh menjadi seorang anak yang menggemari kegaiatan literasi. sampai sekarang masih menekuni mencintai sastra-sastra lisan kuno Makassar, seperti sinrilik, kelong, rapang, dan parupama ini mengisi seluruh hidupnya dengan menulis. 

Ingat novel Sepatu Dahlan ? beliaulah penulisnya. Hingga saat ini, saat diwawancarai oleh tim Mata Kata, daeng Khrisna sudah menerbitkan 26 buku. Kumpulan cerpen debutnya, Mengawini Ibu terbit pada 2010. Novel debutnya, Sepatu Dahlan yang sempat menghebohkan dunia sastra nasional pada 2012. Kumpulan cerpen, Pohon Duka Tumbuh di Matamu merupakan deretan buku yang telah ditulisnya. Yang paling anyar adalah Natisha : Persembahan terakhir.

Sedikit cerita tentang buku teranyarnya, buku tersebut memerlukan riset selama 18 tahun dan membutuhkan 11 tahun untuk bisa merampungkannya. Menurut beliau, saat ditanyai oleh tim Mata Kata via akun facebook beliau, dia memperoleh inspirasi menulis karya yang sedemikian banyak dari mana saja, khususnya pengalaman dirinya sendiri, juga dari cerita orang lain, dan salah satu cara untuk memperolehnya adalah dengan riset.


Penulis pernah menjadi impian besarnya semasa remaja. Tepatnya, semasa SMP, lantaran waktu itu beliau menang dalam sebuah lomba menulis surat tingkat nasional. Itu sebabnya Khrisna muda memilih Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Negeri Ujung Pandang sebagai labuhan menuntut ilmu selepas SMP.

Di lain sisi, beliau termasuk orang yang menyukai ekonomi, terutama yang terkait dengan hitung-hitungan. Lantas ia memutuskan untuk pindah ke SMA Muhammadiyah Sungguminasa, Gowa. Begitu pula pada saat menafkahi diri, banyak yang dilakukannya lebih karena kaitan emosional: menyukai apa yang saya lakukan. Akan tetapi, tak ada yang melampaui kesukaannya terhadap dunia kepenulisan.


Penyuka FC barcelona ini melihat masa depan dunia kesustraaan sangat menjanjikan. Menurutnya, seringkali ia menyaksiakan orang sedang asyik membaca di kereta, pesawat, stasiun, dimanapun. Toko buku juga selalu disambangi pengunjung. banyak orang, khususnya di daerah ayng masih merindukan adanya perpustakaan. Apalagi dewasa ini telah muncul berbagai macam perpustakaan bergerak, seperti kdua pustaka milik Ridwan Sururi di Gunung Slamet, ada juga motor Pustaka milik Sugeng Hariyono, dan jangan lupa perahu pustaka milik Ridwan Alimuddin di Polewali Mandar. 


baginya, kegiatan membaca buku merupakan bentuk apresiasi karya sastra. Saat ditanyai tim Mata Kata tentang pembelajaran sastra di sekolah, menurutnya hal tersebut tak perlu dikeluhkan. Yang perlu diapresiasi adalah orang yang mengajak orang untuk terus membaca dan menulis. Kerja mulia harus terus disokong oleh masyarakat. Banyak hal juga yang bisa diharapkan pada pemerintah, semisal harga kertas dan pajak penulis yang terlampau mahal.
Jika harga buku murah--dengan kualitas isi yang terjaga--pasti lebih memudahkan bagi khalayak pembaca. Pasti ada masa, yang entah, pemerintah akan peduli. Mungkin nanti. Kapan pun itu, kita tidak dilarang untuk terus berharap. Bagaimanapun, sastra Indonesia masih dan akan terus menjanjikan.

Terakhir, pesan untuk penulis pemula yang sekarang sedang menjamur disirami oleh maraknya penerbit indie dimana-mana, Khrisna Pabichara berpesan, perbanyak dua hal, membaca dan menulis. membaca untuk mengayakan batin kepengaranagn dan menulis untuk untuk memahirkan kemampuan menulis. Karena bakat menulis haruslah terus diasah dan dijaga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anomali Anime Sport

"Jika aku terus berlari, kapan aku bisa menang ?" (Sena Kobayakawa) "Meski itu tak mungkin, aku akan terus berusaha" (Kuroko Tetsuya) "Aku memang pendek, tapi setidaknya aku bisa melompat" (Hinata Shoyo)

Membidik sarjana tanpa bidikmisi jadi beasiswa

Bidikmisi, adalah program beasiswa yang awalnya merupakan program seratus hari kerja menteri pendidikan Indonesia pada 2010 yang kemudian dilanjutkan berlangsung hingga saat ini. Bidikmisi sendiri menjadi salah satu beasiswa yang sangat diminati. Selain karena nominal yang dijanjikan, juga prestise yang didapatkan oleh mahasiswa Bidik Misi begitu terasa. Namun, di luar sana, di samping tingginya peminat terhadap beasiswa yang ditujukan bagi kalangan menengah ke bawah yang berprestasi ini, ada orang yang menolaknya. Dengan alasan, "Berikan kepada mereka yang berhak".

Ebbie Vebri Adrian, Si Gila yang digiliai

“Biarkan keyakinanmu 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah” – 5 cm